Senin, 07 Juni 2010

Etiologi dan Patogenesis Autis

Faktor Psikodinamika dan Keluarga. Pada laporan awal Kanner menyebutkan bahwa keluarga yang memiliki anak gangguan autistik, benar-benarc peramah, anggota keluarganya memiliki preokupasi dengan abstraksi intelektual dan cenderung sedikit mengekspresikan perhatian yang murni terhadap anaknya. Tetapi setelah 50 tahun terakhir, terjadi kekerasan, penolakan orang tua yang mendorong gejala autistik.
Kelainan organik-neurologis-biologis. Gangguan autistik dan gejala autistik berhubungan dengan kondisi yang memiliki lesi neurologis, terutama rubella congenital, feilketonuria (PKU), sklerosis tuberosus, dan gangguan rett. Anak autistik menunjukkan lebih banyak tanda komplikasi perinatal dibandingkan kelompok pembanding dari anak-anak normal dan anak-anak gangguan lain.
Faktor Genetika. Dalam beberapa penelitian, antara 2 sampai 4 persen sanak saudara orang autistik ditemukan terkena gangguan autistik, suatu angka yang 50 persen lebih besar dibandingkan pada populasi umum. Angka kesesuaian gangguan autistik pada dua penelitian besar terhadap anak kembar adalah 36 persen pada pasangan monozigotik dibandingkan 0 persen pada pasangan dizigotik pada salah satu penelitian dan kira-kira 96 persen pada pasangan monozigotik dibandingkan kira-kira 27 persen pada pasangan dizigotik pada penelitian yang kedua.
Faktor Imunologis. Bukti bahwa inkompatibilitas imunologi antara ibu dan embrio atau janin dapat menyebabkan gangguan autistik. Limfosit beberapa anak autistik bereaksi dengan antibody maternal, yang meningkatkan kemungkinan bahwa jaringan neural embrionik atau ekstraembrional mungkin mengalami kerusakan selama kehamilan.
Faktor Perinatal. Tingginya insidensi berbagai komplikasi perinatal tampaknya terjadi pada anak-anak dengan gangguan autistik, walaupun tidak ada komplikasi yang secara langsung dinyatakan sebagai penyebabnya.
Temuan Neuroanatomi. Lobus temporalis telah diperkirakan sebagai bagian penting dalam otak yang mungkin abnormal dalam gangguan autistik. Perkiraan tersebut didasarkan pada laporan sindroma autistik pada beberapa orang yang mengalami kerusakan lobus temporalis. Jika daerah temporalis binatang rusak maka, perilaku sosial yang diharapkan menghilang, kegelisahan, perilaku motorik berulang, dan kumpulan perilaku terbatas ditemukan.
Temuan Biokimiawi. Sekurangnya sepertiga pasien dengan gangguan autistik mengalami peningkatan serotonin plasma.

Sumber : Kaplan & Sadock. (1997). Sinopsis Psikiatri. Jilid 2. Binarupa Aksara : Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar